Caraku Menikmati Hidup Saat Ini
Di minggu lalu, ada pertanyaan menarik yang masuk, kira-kira seperti ini:
"Di dunia yang tampaknya semakin memburuk, bagaimana Anda akan menjalani hidup, dan apa proses berpikir yang Anda gunakan untuk membuat hidup Anda terasa tidak terlalu menyedihkan?"
Mungkin saya bakal kilas balik sedikit.
Saat saya masih berumur 20-an, saya merasa bahwa saya tak menikmati hidup saya sepenuhnya.
Saya menghabiskan setengah dekade 20-an saya dengan berkuliah lama (karena saya tak pintar) serta mencari pekerjaan (yang tak mudah). Tidak hanya itu, saya pun menghabiskan hampir setengah dekade 20-an saya dengan masalah mental, yang menyebabkan saya harus ke Psikiater tiap bulannya sampai dengan saat ini.
Efek sampingnya, saya jadi tak bisa mengingat hal-hal kecil atau kejadian yang sudah terjadi di saat saya masih berusia 20-an. Saya tak ingat sama sekali apa yang sudah terjadi saat tahun 2012 hingga 2022, selain kuliah, mencari pekerjaan serta pandemi.
Namun, hal yang saya masih ingat saat saya masih berusia 20-an adalah bagaimana saya tak bisa menjadi diri saya sendiri. Seringkali saya harus berbohong agar bisa diterima oleh orang lain, serta bagaimana saya mencoba untuk menyenangkan semua orang. Seperti itulah kehidupan saya pada usia 20-an: memakai topeng serta kepribadian palsu agar saya dapat diterima oleh orang lain.
Saat memasuki usia 30-an, saya memutuskan untuk mencoba menikmati setiap momen dalam hidup saya, sekecil apapun. Saya mencoba untuk jujur, apa adanya kepada orang lain. Saya mengapresiasi setiap pertemuan dan perpisahan pada orang-orang yang saya temui. Saya tak lagi memikirkan "Apakah saya diterima dengan baik olehnya?" dan lebih ke "Diterima dengan baik atau tidak olehnya, ya sudahlah. Saya sudah berusaha semampuku." Intinya, kalau saya suka dengan seseorang saya akan katakan langsung, kalau tidak suka saya akan mengatakan alasannya atau lebih baik menghindar darinya. Selain itu, saya mengapresiasi keluarga saya serta teman-teman saya yang masih bertahan dengan saya sepenuh hati, dan support mereka semampu saya jika mereka membutuhkan bantuan.
Saya yang sekarang pun tak lagi ambil pusing setiap kali saya mengambil keputusan dalam hidup. Inilah yang saya pelajari setelah berkonsultasi ke Psikiater selama hampir satu dekade. Saya memutuskan untuk berpikir secukupnya dan tak berpikir terlalu jauh ke depan. Tentu berpikir ke depan itu penting, namun terlalu memikirkan hal-hal yang bakal terjadi ke depannya, terutama hal buruk, justru membuat saya cemas dan membuat saya takut mengambil keputusan, serta akhirnya tak melakukan apapun. Saya selalu mengingatkan kepada diri saya sendiri bahwa masa depan yang kelihatannya buruk belum tentu akan terjadi, jadi nikmatilah momen saat ini sebaik mungkin.
Sekian.